Saturday, September 14, 2024

Ketika Jenderal Pun Gagal Kabur dari Masalah

Jangan sedih bagi yang sedang punya masalah. Hidup memang penuh masalah, seperti teman yang tidak pernah diundang tapi selalu hadir. Setiap kali kita merasa sudah mencapai puncak kebahagiaan, masalah datang dengan senyum, seolah berkata, "Hey, ingat aku?"


Siapapun, dari kopral hingga jenderal, tidak luput dari masalah. Tidak peduli jabatan atau status sosial, masalah datang tanpa pandang bulu. Bahkan, jenderal yang terhormat pun tidak kebal terhadap godaan masalah. Sebagai contoh, lihat saja lima jenderal terkenal yang akhirnya tersandung masalah dan dipecat dari Polri: Ferdy Sambo, Hendra Kurniawan, Djoko Susilo, Prasetijo Utomo, dan Susno Duadji. Kalau jenderal saja bisa kena, apalagi kita yang cuma rakyat biasa yang tak punya lencana? 


Masalah hidup memang seperti sandal jepit yang hilang satu pasang; kecil tapi mengganggu, dan sering membuat kita terjebak di tengah jalan. Tapi, jika dipikir-pikir, masalah itu bisa juga dilihat sebagai bumbu kehidupan. Tanpa masalah, hidup ini mungkin akan terasa hambar. Bayangkan saja, kalau hidup berjalan mulus tanpa hambatan, apa yang akan kita ceritakan saat reunian?


Solusinya bukan menghindari masalah, tapi bersahabat dengannya. Alih-alih stres, anggap saja masalah sebagai tantangan layaknya bermain video game. Ada level yang sulit, ada musuh yang tangguh, tapi dengan strategi yang tepat, kita akan naik level dan, siapa tahu, mungkin dapat 'bonus' berupa kebijaksanaan.


Jadi, ketika masalah datang, tersenyumlah. Itu artinya, kita masih hidup!

Friday, September 13, 2024

Susu Jahe Merah

Sujarah, atau susu jahe merah, adalah minuman yang tampaknya tidak hanya sekadar ramuan hangat, tetapi juga simbol persatuan antara susu yang lembut dan jahe merah yang tajam—seperti pasangan yang bertolak belakang, tapi harmonis. 

Dalam setiap cangkirnya, tersembunyi pelajaran hidup.

Bayangkan susu, sosok yang tenang dan penuh kasih. Ia melambangkan keseimbangan hidup, lembut dan menenangkan. Di sisi lain, jahe merah datang dengan karakternya yang berapi-api, penuh semangat, seperti seseorang yang terus-menerus memberikan kejutan dalam hubungan. Ketika mereka bertemu, alih-alih bertengkar, mereka bersinergi. Mereka menciptakan rasa hangat yang mengalir ke sanibari dan masuk ke dalam hati.

Ada keunikan tersendiri ketika jahe merah ini hadir dalam susu. Pertemuan antara rasa pedas dan manis seperti perdebatan antara logika dan perasaan—dua hal yang tampaknya berlawanan tapi sama-sama dibutuhkan. Jadi, jika Anda ingin merenungi kehidupan sambil menikmati kehangatan, cobalah sujarah. Di dalamnya terkandung filosofi hidup bahwa segala sesuatu yang bertolak belakang bisa menjadi sempurna ketika dipadukan dengan takaran yang pas.


Selamat menikmati hangatnya sepertiga malam menjelang fajar...



.

Tuesday, September 10, 2024

Seratus itu Lebih Besar dari Duaratus

Ah, uang! Sebuah benda ajaib yang bisa membuat orang melompat kegirangan, lalu sekejap menjadi merana. Mari kita mulai dengan seorang anak yang, dalam situasi tertentu, menerima uang 100 ribu. Wajahnya cerah, hatinya berbunga-bunga, seolah semesta berkonspirasi untuk membuat harinya sempurna. Tapi tunggu dulu—kita belum sampai pada babak tragis ini. Karena di tikungan hidupnya yang lain, muncullah temannya, dengan uang 200 ribu di tangan. 

Dalam sekejap, 100 ribu yang tadi terasa seperti harta karun mendadak menjadi receh di mata si anak. Wajah yang tadinya cerah kini kusut seperti kertas bekas. Ada sebuah filosofi kuno yang berkata, "Di balik setiap senyum lebar, ada potensi tangisan cemburu." Ya, anak ini tak terkecuali. Dia tidak lagi peduli pada uang 100 ribu yang dia terima. Apa gunanya bahagia kalau temannya lebih bahagia?

Tentu saja, dalam perspektif seorang filsuf jenaka, hal ini sangat manusiawi. Kita sering lupa bahwa kebahagiaan itu bukan soal angka atau jumlah, tapi lebih soal perasaan yang melekat pada hal-hal kecil—seperti 100 ribu di tangan yang cukup untuk membeli bakso atau permen kesukaan. Sebelum melihat temannya, anak ini sudah mengukir peta kebahagiaan dalam otaknya. Namun, ketika peta itu harus dibandingkan dengan peta lain yang lebih besar, peta miliknya seolah kehilangan makna. 


Padahal, kalau kita pikirkan lebih dalam (dengan senyum filosofis, tentu), 100 ribu tetaplah 100 ribu. Ia tidak berubah menjadi 50 ribu hanya karena ada yang memiliki lebih. Maka, untuk apa menyedihkan diri atas kebahagiaan orang lain? Nikmati saja bakso, nasi padang, dan sego kucing kaki lima itu...