Saturday, February 6, 2021

Pembiasaan Yang Dibiasakan

Ada seorang gadis kecil yang setiap hari disuruh ayahnya untuk pergi ke surau(semacam Taman Pendidikan Al-Quran) guna menghafal al-Quran. Seperti kebanyakan anak-anak seusianya, ia merasa kesal dan mendongkol menuruti perintah sang ayah. Apalagi ia melihat sebagian teman-teman seumurnya bisa bermain dengan bebas tanpa beban seperti dirinya. 

Sang ayah menangkap kekesalan itu dari sikap puterinya. Tapi ia tetap pada pendiriannya, menyuruh puterinya setiap hari pergi ke surau. Sempat terbersit rasa iba. Ingin membiarkan puteri tersayangnya menikmati masa kecilnya seperti teman-temannya. Tapi ia sudah punya rencana dan mimpi besar untuk sang puteri. Ibarat minum obat, biarlah sekarang terasa pahit dan getir, semoga besok terasa manis dan sehat.

Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Bulan berganti tahun. Sang puteri sekarang sudah menjadi seorang dosen di salah satu universitas unggulan. Karir akademisnya semakin naik dan sangat menjanjikan. Ia bahkan mampu bersaing dengan dosen-dosen yang lebih senior.

Suatu hari sang ayah yang sudah tua bertanya kepada puterinya tercinta. “Nak, apakah kamu dulu menyesal ayah suruh pergi ke surau, memakai jilbab, selektif dalam bergaul, ini boleh ini tidak boleh?”

Dengan mata berkaca-kaca, sang puteri berkata, “Sama sekali tidak, ayah. Justru aku sangat bersyukur kepada Allah dan berterimakasih kepada ayah. Karena dulu ayah tidak menyuruhku pergi ke surau maka aku bisa hafal al-Quran dalam usia relatif muda, menjaga pergaulan dengan baik, patuh pada aturan yang ayah buat, dan seterusnya. Banyak temanku yang dulu menghabiskan waktu untuk bermain dan berhura-hura, sekarang nasib mereka sangat memprihatinkan. Ada yang hidupnya tidak teratur, ada yang jadi pengangguran, ada yang dapat pekerjaan ‘rendah’, dan lain sebagainya.

Sang puteri mengecup kening ayahnya dan berkata, “Terimakasih atas obat yang pahit dulu ayah. Sekarang aku bisa merasakan manis dan sehatnya.”


☆☆☆


Masa depan seorang anak sangat ditentukan oleh bagaimana PEMBIASAAN yang DIBIASAKAN kepadanya hari ini. 

Yang dilakukan oleh banyak orang tua terhadap anaknya, pada hakikatnya, adalah PEMBIASAAN, bukan PEMAKSAAN. Kalau pun ada sangsi, itu hanyalah sebagai instrumen penguat dan penegas agar PEMBIASAAN itu menjadi KEBIASAAN.

Internalisasi karakter, dalam buku Rhenald Kasali, untuk menjadi juara di olimpiade bukan hal yg singkat dan cepat namun perlu proses yg konsisten dan lama. Lihat atlet juara senam, mereka dilatih secara konsisten terus menerus sampai akhirnya dia mahir melakukan gerakan senam dan menjadi juara.

Ada anak berusia relatif muda sudah hafal Al-Quran, yang mereka lakukan adalah menghafal dan memahami secara konsisten terus menerus sampai akhirnya dia hafidz Al-Quran.

Ada PEMBIASAAN yang perlu DIBIASAKAN. 



== Selesai ==

0 komentar: