Saturday, May 23, 2015

Kearifan Tembang "Turi Turi Putih" (Sunan Kalijaga)

Turi-turi putih
Ditandur neng kebon agung

Turi-turi putih
Ditandur neng kebon agung

Celeret tiba nyemplung
Gemelundung kembange apa

mBok ira
mBok ira
mBok ira
Kembange apa?


Tembang ini populer sebagai tembang dolanan bocah-bocah cilik di kala malam bulan purnama, didendangkan rame-rame di pelataran rumah.

Tembang yang dipercaya dianggit oleh seorang tokoh penyebar Islam di Tanah Jawa semasa Kesultanan Demak Bintara di abad ke-15, Kanjeng Sunan Kalijaga.

Sang Sunan ingin menyampaikan pesan dan ajaran Islam kepada kita, tentang hidup dan kehidupan, tentang alam kubur, tentang mati dan kematian.

Pada masa itu, Kanjeng Sunan Kalijaga, demikian juga dengan para penyebar Islam lainnya di Tanah Jawa, di dalam penyebaran Islam beliau-beliau itu melakukannya dengan pendekatan budaya.
Salah satunya dengan tembang dolanan bocah ini.

Apa makna tembang Turi-turi Putih itu?

Turi-turi, dari kata pitutur.
Pitutur adalah kata lain dari nasehat.

"Tak pituturi," demikian Kanjeng Sunan berkata.

"Putih" adalah warna sepotong kain yang digunakan untuk membungkus jenazah manusia muslim yang lazim kita sebut kain kafan. Busana kebesaran saat kita menghadap ke haribaanNya.

Kanjeng Sunan ingin menyampaikan pesan dan nasehat kepada kita: "Cukuplah kematian itu sebagai nasehat"

"Ditandur neng kebon agung"

Kebon Agung?

Apa Kebon Agung itu?
Kita hanya tahu nama-nama wilayah di Jakarta ini banyakz menggunakan awalan kebon.
Sebut saja Kebon Kacang, Kebon Jeruk. Kebon Kosong

Dimana Kebon Agung itu?
Kebon Agung adalah Tanah Pekuburan, tempat jasad kita 'ditandur' disemayamkan.

"Celeret"
Adalah petir yang melesat di udara tatkala hujan. Begitu cepat.

Itulah gambaran hidup, yang digambarkan laksana petir melesat di antara awan dan mendung. Sangat cepat, singkat dan pendek.

Hidup hanya sebentar, yang sering pula digambarkan bahwa, 'urip mung mampir ngombe'. Hidup hanya sekedar singgah untuk minum.

"Tiba nyemplung, gemelundung"
Bila sudah sampai saatnya, maka kita "tiba nyemplung, gemelundung" dimasukkanlah sang jenazah ke dalam liang lahat.

Bahwa hidup kita ini hanya sesaat, dan segera mati.

"mBok ira"
"mBok ira"
"mBok ira"
Tiga kali Kanjeng Sunan memanggil.
"mBok ira" adalah kita, jenazah yang sudah gemelundung tadi.

Panggilan itu sebenarnya adalah seruan dua makhluk Tuhan yang ditugaskan oleh Yang Maha Menghidupkan dan Yang Maha Mematikan, bertanya kepada kita di Alam Kubur.

"Kembange apa?"
Dituturkan oleh Kanjeng Sunan, bahwa Sang Malaikat Munkar Nankir akan bertanya, "kembange apa?"

"Kembang", penggambaran amal ketika kita hidup di dunia.

Bagaimanakah amal kita?
Kembang semerbak harum mewangi kah, sebagai amal kebaikan atau malah sebaliknya.

'Kembange apa" itulah yang kita pertanggung-jawabkan.?[?]

0 komentar: