Sunday, December 20, 2020

Menjual Sisir ke Orang Botak

Sebuah perusahaan membuat tes terhadap tiga calon staf penjual barunya.

Tesnya unik, yaitu: Menjual sisir di komplek Biara Shaolin.

Tentu saja, ini cukup unik karena para biksu di sana semuanya gundul dan tak butuh sisir.

Kesulitan ini juga yang membuat calon pertama hanya mampu menjual satu sisir. Itupun karena belas kasihan seorang biksu yang iba melihatnya.

Tapi, tidak dengan calon kedua. Ia berhasil menjual 10 sisir, ia tidak menawarkan kepada para biksu, tetapi kepada para turis yang ada di komplek itu, mengingat angin di sana memang besar sehingga sering membuat rambut jadi awut-awutan.

Lalu bagaimana dengan calon ketiga? Ternyata Ia berhasil menjual 500 sisir!!

Caranya..? Dia menemui kepala biara.

Ia lalu meyakinkan jika sisir ini bisa jadi souvenir bagus untuk komplek biara tersebut. Kepala biara bisa membubuhkan tanda tangan di atas sisir-sisir tersebut dan menjadikannya souvenir para turis. Sang kepala biara pun setuju.

---
Ada kalanya diantara kita masih menyalahkan keadaan sebagai faktor penghambat untuk mencapai tujuan, pandemi covid-19 misalnya.

Dan inilah yang membuat calon pertama gagal. Sementara calon kedua, sudah berpikir lebih maju.

Namun calon kedua masih terpaku pada fungsi sisir yang hanya sebagai alat merapikan rambut.

Tapi calon ketiga sudah berani berfikir di luar kotak (THINKING OUT OF THE BOX), berfikir diluar kelaziman... Dia bukan hanya berani berpikir bahwa sisir adalah hanya alat merapikan rambut, melainkan bisa menjadi souvenir.

Dalam beberapa kondisi, alam tidak bisa diatur seperti yang kita kehendaki. Tapi dengan optimalisasi kreatifitas, sangat dimungkinkan tercipta sebuah prospek baru bernilai solusi.




Jangan lupa bahagia...
:) 

0 komentar: