Monday, May 7, 2018

Cerita Kopi Tumpah

Suatu pagi seorang anak bersiap untuk berangkat sekolah. Ayah yang juga bekerja pagi, seperti biasa aktifitas keluarga didahului dengan makan bersama di meja bulat ruang makan. Bersamaan dengan itu ibu membuatkan kopi untuk ayah yang biasa dilakukan ketika akan berangkat kerja. Ibu menempatkan gelas kopi di meja dekat ayah yang sedang sarapan tetapi sayangnya dengan posisi gelas kurang ke tengah agak di pinggir meja.Si anak hari itu akan menghadapi ulangan, dia semangat sekali dan ingin segera ke sekolah bergabung bersama dengan teman-temannya.

Sambil turun tangga, anak bilang ke ayahnya  ”ayah… ayah…nanti ulangan.. ” … PRAKK .. kena kopi, kopi tumpah ke paha ayah dan sudah pasti celana ayah basah oleh kopi tumpah.

Apa yang dilakukan ayahnya?
jawabnya ada dua kemungkinan, yaitu sebagai berikut:

Kemungkinan ke-1
:
Lagi duduk, kena kopi, PRAKK … Anaknya dimaki-maki “Kamu ini ceroboh !!!  jalan aja gak bener !!! seharusnya kamu lewat agak ke sana…!!!”

Istrinya datang, di maki lagi sama ayah “Kamu ini juga kenapa taruh kopi di pinggir banget… seharusnya di tengah…
"saya ganti celana …!!!"  ketus ayah sambil naik ke lantai dua.

Si ayah tak lama kemudian turun lagi, lihat anaknya masih nangis “lho kok dia belum sekolah ???”
“Loh kan tadi gara-gara ayah anak jadi nangis ??” jawab ibu

Mulai deh perang dunia ke-2 … cek cok lagi.
“Ayo berangkat” ..  sambil marah ayahnya mengajak anaknya berangkat bersama dalam satu mobil. Dalam perjalanan ke sekolah semuanya serba salah .. lampu merah disalahin, macet disalahin … anaknya masih nangis di mobil “kamu ini nangis-nangis aja…!”.

Tak lama kemudian, si anak sampai di sekolah telat, si ayah buru-buru sambil marah tiba-tiba “dobrak….” mobilnya bersenggolan dengan mobil lain. Semakin rumitlah masalah…
Dan begitulah seterusnya...

Sekarang coba kita lihat perbandingannya dengan dengan keadaan berikut ini:

Kemungkinan ke-2
:
Lagi duduk, kena kopi, PRAKK … “Aaah panas-panas .. kamu sih semangat banget ! karena kamu terlalu semangat kamu harus mengganti celana ayah !”
“Gimana cara mengganti celana ayah ?” tanya si anak
”Cara menggantinya yaitu kamu ulangan dapet 100  !”
“Oh iya iya.. aku janji ayah dapet 100 …″

“Mama-mama, buatin kopi lagi dong, kopi yang penuh cinta”
Dengan senang hati mamanya pun membuatkan kopi untuk ayah.
Tidak lama kemudian sang ayah memeluk anaknya dan mengajaknya berangkat sekolah bareng ayahnya.

Bayangkan sikap keputusan seperti nomor 2 ini jika dilakukan maka hari-hari tetap ceria, menatap hidup ini dengan optimis, bertemu orang bertabur aura positif, mengerjakan pekerjaan dengan cinta, dan di lingkungan keluarganyapun berpotensi tentram bahagia.

Tidak ada orang sempurna, tidak ada orang selalu benar, mamahami keadaan dan memiliki rasa ownership terhadap keadaan orang lain akan menghasilkan keadaan yang lebih baik. Semoga…